"Harus dioperasi"
Duh, denger kata - kata harus operasi kok rasanya ya lemessss banget. Serem ketemu jarum dan perintilannya. Tapi itu yang HARUS aku lakukan untuk membuang benjolan yang ada dijempol tanganku ini huhuhuhuhu.
Jadi, hampir 2 tahunan aku bersahabat dengan benjolan di jempol tangan kananku yang makin lama makin membesar. Awalnya aku belajar main tenis, jadi kan kalau pegang raket tenis itu harus bener - bener kuat karena raketnya aja sudah berat dan kekuatan tangan sangat diperlukan saat mengayunkan raket.
Ceritanya semangat nih latihan main tenis, karena kegiatan sore untuk ibu - ibu Persit itu biasanya main tenis hihihihi. Tapi bukannya jago, eh malah tumbuh benjolan di jempolku. Aku emang ngga bakat main tenis *sigh. Awalnya kok rasanya aneh, tapi aku biarin karena ngga kepikiran itu apa.
DISCLAIMER :
Sebelumnya aku minta maaf ya kalau tampilan fotonya ngga seperti biasanya. Selama di RS aku ngga bisa ambil sembarangan foto karena RS punya aturan untuk tidak mengambil foto. Jadi fotonya hanya di kamar aja dan aku cuma menggunakan smartphone, jadi kualitas fotonya kurang bagus.
Lama - lama aku suka merasa terganggu, apalagi kalau aku bikin video atau foto produk sambil dipegang gitu, jadinya jelek banget dan makin lama mulai terasa ngiluuu yang bener - bener annoying. Dulu seniorku sudah bilang harus dioperasi, tapi prediksinya benjolan itu adalah Ganglion yang bisa dioperasi dalam waktu singkat dan pasien bisa langsung pulang.
Tapi aku diemin aja sampe jadinya makin besar *sigh, karena aku masih dilema mau operasi dimana. Aku tanya sana sini, banyak yang bilang kalau operasi ini biayanya ngga murah. Prediksi temen - temen yang dokter, kemungkinan bisa sekitar 7 jutaan.
WOW, mehong yessssss
Suatu ketika seorang ibu - ibu di Persit cerita juga kalau beliau operasi Ganglion di RS Dustira, Cimahi yang ada dideket rumah. RS Dustira itu rumah sakit tentara dan kebetulan jadi rujukan dari Faskes aku. Jadi aku bisa menggunakan BPJS untuk operasi disitu.
Tapi rasanya masih takut, karena belum tau kira - kira dokternya yang bagus yang mana. Trus baiknya ke bedah biasa atau bedah tulang (karena bisa aja akar dari benjolan itu "bersarang" di tulang. Bingung dan takut juga.
Sampe satu ketika saat aku lewat RS Dustira, aku baca nama dr. Mimbo Helly Wibowo SpOT (spesialis bedah orthopedi / tulang). Trus aku cari tau tentang beliau sampe aku tau kalau ternyata beliau juga tentara. YAY. Entahlah, aku merasa kalau dokter tentara biasanya lebih berpengalaman dan bukan kebetulan beliau sudah dokter senior juga Kepala Poli Bedah.
Letkol CKM dr. Mimbo Helly Wibowo SpOT, MMRS, beliau praktek di RS Dustira dan juga RS Cahya Kawaluyaan (satu grup dengan RS Borromeus, Bandung). Ini yang bikin aku makin yakin sama kemampuan beliau, karena aku tau reputasi RS Borromeus yang bagus dan terkenal di Bandung.
Nah, enaknya jadi istri tentara dilingkungan kami banyak senior atau adik - adik yang profesinya sebagai dokter. Ada yang kerja di Rumah Sakit atau Klinik sekitaran asrama juga, jadi aku konsultasi dengan mba kesayangan dr. Karina Mitha Dewi, dan beliau memberikan rujukan untuk konsultasi ke dr. Mimbo di RS Dustira, Cimahi.
Ijin. Terima kasih mba Karin kuuuu sayangg
Semoga Tuhan membalas semua kebaiknya mba berkaliiiii lipat. AMIN.
Pendaftaran BPJS
Jumat, 27 September 2019
Setelah aku mendapat surat rekomendasi dari Faskes 1, kemudian aku mendaftar di loket BPJS. Jadi, kalau di RS Dustira ada loket khusus untuk pasien dinas dan keluarga (TNI, Polri dan PNS). Aku tidak perlu mengantri sejak pagi atau mengantri terlalu lama. Setelah itu aku mengantri ke loket untuk melengkapi data kemudian menuju poli bedah orthopedi.
Poli Bedah Orthopedi
Aku hanya menunggu 1 orang pasien (kebetulan aku datang agak siang hihihi, soalnya perginya mendadak) kemudian dipersilahkan masuk ke ruangan dokter. Dokter yang aku temui bukan dr. Mimbo, tapi mungkin asisten beliau. Setelah menjelaskan masalah benjolan di tanganku, aku minta agar bisa ketemu sama dr. Mimbo.
Kebetulan beliau sedang diruang operasi, jadi petugas poli menelepon dulu ke beliau apakah beliau berkenan ditemui atau tidak. THANK GOD. Aku langsung diarahkan ke ruang operasi dan kemudian ketemu dengan beliau.
TERNYATA BUKANG GANGLION!
EVEN WORST. OMG
"Ini bukan Ganglion, sepertinya ini GCT. Jadi harus dioperasi. Ibu nanti akan dibius total, karena kalau bius lokal saja takutnya masih terasa. Saya belum tau GTCnya menempel kemana, kalau ke pembuluh darah berarti satu pembuluh darahnya harus dikorbankan karena pembuluh darah tidak bisa disambung. Efeknya nanti tangan ibu akan sering kesemutan."
"Kalau ibu oke untuk operasi, nanti saja tuliskan agar dijadwalkan segera. Kalau ibu mau operasi hari senin, hari minggu ibu sudah masuk ruangan untuk cek darah, rontgen dan persiapan. Lalu setelah operasi agar menginap lagi, untuk menghilangkan efek bius, observasi dan istirahat. Baru besoknya boleh pulang".
Giant cell tumor of the tendon sheath
(GCTTS) is the second most common tumor of the hand after ganglion
cysts (1,2). It is a slowly growing, usually painless benign lesion of
soft tissues. The tumor affects individuals between the age of 30 and 50
years old and is found more often in women than men (3–6). - sumber : NCBI.
Kira - kira begitu penjelasan beliau waktu aku konsultasi. Duhhh, senengnya dokternya komunikatif, ganteng pula hahahahahha (mirip sama Tio Pakusadewo), bersih, rapih dan tulisannya bagus (jarang kan dokter tulisannya bagus hihihihihi).
Even campur baur sama deg degan tapi jadi semangat dan yakin kalau dr. Mimbo pasti lakukan yang terbaik. Jadi aku dan abang sepakat untuk operasi hari Selasa aja, karena hari Minggu aku masih ada kegiatan jadi aku mulai mendaftar di hari Senin.
31 September 2019
Pendaftaran Rawat Inap
Hari Senin aku datang lagi untuk pendaftaran rawat inap dengan BPJS. Prosesnya cepet dan petugasnya juga melayani dengan baik. Lalu aku diarahkan ke Poli Orthopedi dan kemudian melakukan pemesanan ruangan di Informasi. Aku bener - bener salut dengan proses kerja para petugas yang cepet dan ngga berbelit - belit.
Periksa Darah dan Rontgen
Sebelum dirawat aku harus melakukan pemeriksaan darah dan rontgen dulu. Nah, waktu mau periksa darah pas jam makan siang jadi aku agak menunggu lama. Tapi ketika petugasnya datang, aku langsung diambil darahnya. Sakit tapi cepet. Legaaaaa banget.
Lanjut rontgen, disini nunggunya agak lama karena tenyata banyak juga pasien yang mau rontgen. Pertama aku di rontgen bagian thorax (dada) kemudian bagian tangannya. Kalau kamu mau rontgen, pastikan kamu tidak menggunakan perhiasan, dsb ya. Baju dan BH juga dilepas dan pasien menggunakan jubah khusus. Prosesnya rontgennya sendiri ngga lama dan hasilnya ngga perlu ditunggu karena akan langsung diserahkan ke dokternya.
Masuk ke Ruangan
Trus aku balik lagi ke Poli Bedah Orthopedi kemudian aku diantarkan ke ruang perawatan. Kebetulan untuk keluarga militer ada gedung perawatan khusus (gedungnya baru dan bersih, im so happy), Cikuray namanya. Aku diarahkan ke lantai 2 kemudian dipersilahkan ada serah terima antara petugas poli dan perawat di ruang Cikuray. Lalu aku dipakaikan gelang pasien dan diantar masuk ke ruangan.
Kaget juga sama ruangan yang aku dapat, aku pikir aku akan sharing ruangan dengan pasien lainnya. Taunya aku sendirian. Yayyyyyyy. Kamar mandi dalam, kulkas, dispenser, AC dan ada sofa bed untuk yang jagain. Nice bangettt, jadi yang jagain bisa istirahat juga.
Trus beberapa jam kemudian suster kembali mengingatkan agar aku makan dan istirahat yang cukup.
"Nanti ibu saur ya. Terakhir makan jam 01.30, ibu mulai puasa dari jam 02.00. Kalau bisa makannya nasi ya, supaya kenyang. Karena takutnya besok operasinya agak siang."
"Oke suster". "Jadi saya gini aja nih. Tidur - tiduran aja gitu?"
"Iya, ibu begini aja sampai nanti mau ke ruang operasi juga gini aja. Nanti setelah selesai operasinya baru ibu kembali keruangan dengan tidak sadar."
Nice, jadi sepanjang hari aku nonton TV, ngobrol sama suami dan menyempatkan menyelesaikan tugas blog sebentar trus aku makan hihihihi. Waktunya makan ini dan itu sebelum besok aku kelaparan hahahhahahaa.
1 Oktober 2019
Operasi
Tiga tahun yang lalu 1 Oktober jadi hari dimana kami mengucapkan janji nikah (pertunangan) di Gereja, yang intinya akan bersama dalam suka maupun duka. Dan hari ini suami mendampingi dalam dukaku menghadapi operasi (halah lebay amat hahahahha, tapi serius ini cukup mengerikan dan bikin deg - degan).
Jam 06.00 sudah banyak yang lalu lalang di kamar, dari petugas cleaning service yang nyapu dan ngepel ruangan juga membersihkan kamar mandi. Kemudian suster juga mengingatkan untuk bersiap - siap dijemput karena petugas diruang operasi sudah siap. Jam 08.00 kurang aku sudah dijemput hihihihi, ngga lupa pake parfum dulu karena aku udah bau acem *bzzzz (ini gara - gara AC dikecilin sama abang jadi keringetan deh).
Aku seneng banget dapat jadwal operasi pagi - pagi, petugas dan dokter masih fresh kan tuh, trus kalau dioperasi pagi artinya aku lebih cepat bisa makan hihihihi. Aku kemudian diantar sama suster kamar ke ruang persiapan operasi.
Ruang Persiapan
Diruangan aku buka semua baju kecuali celana dalam, lalu ditutup dengan selimut dan kemudian aku rebahan di tempat tidur dan diantarkan ke ruangan operasi. Agak mengerikan melihat mereka dengan baju biru dan hijau lalu lalang. Ada beberapa ruangan operasi yang aku lewati dan ruanganya dipisahkan sama kaca besar, jadi aku bisa lihat bagian dalamnya.
Duh, rasanya hati dag dig dug ngga karuan. Tapi aku berdoa dalam hati dan berserah aja sama Tuhan dan berusaha mengesampingkan rasa takutku, rasanya tuh sesek dan pusing hihihihi. Trus ada petugas yang memasangkan infus di tangan kiriku uhuhuhu, entah kenapa yang pertama gagal, percobaan kedua baru berhasil *hiks. Setelahnya aku dibius dan lama - lama agak pusing. Supaya aku merasa tenang, aku pejamkan mata.
"Jangan dilawan ya bu, dibawa tidur aja"
Dan akupun tertidur, sumpah ini tidurnya enak bangetttttt. Aku ngga sempat ketemu dr. Mimbo, yang aku ingat saat setengah sadar adalah aku dipasangkan oksigen, berbaring di tempat tidur awal dan menunggu di ruang persiapan. Lalu ngga lama aku dijemput sama suami dan suster dari ruangan, lalu aku kembali ke ruangan.
Kira - kira jam 09.00 aku kembali ke ruangan dan rasanya masih lemes, tangannya sudah mulai terasa NGILU. Jadi aku bawa tidur aja, tapi lama - lama rasa ngilunya terasa lagi. Kalau diusep - usep, ngilunya ilang. Ehhhh, abang berenti ngusep jadinya sakit lagi hahahahhaaa.
Trus aku juga merasa mulai PERIH. Rasa sakitnya sebenernya sangat bisa ditoleransi, tapi karena rasanya intens disitu - situ aja jadi rasanya kesel hahahhaa. Jadi aku banyakin tidur dan sebisa mungkin ngga geser posisi tangan. Akhirnya badannya jadi ikut sakit karena tidur miring - miring.
Rasanya ngilu, perihhhhhh dan nyut - nyutan. Dibagian dalam gitu terasa banget nyut - nyutannya ketika aku gerakkan tangan. Kalau sakit, aku bawaannya marah - marah jadi emosi mau ini itu ngga bisa dan harus dilayanin.
Aku bersyukur kalau tubuhku bisa menyesuaikan diri dan bisa kembali normal dengan cepat, ngga lama setelah operasi aku buang angin. Aku juga ngga merasa mual dan ngga ingin muntah. Jadi jam 13.00 aku sudah boleh makan. Yay. Tapi minum air hangat dan makannya pake bubur dulu. It's oke yang penting makan hahahhaha.
Mungkin efek biusnya sudah hilang jadi tangannya makin perihhhh, berasa panas dan nyut - nyutan. Duh aku merasa tak berguna *eakkkk. Soalnya yang sakit tangan kanan kan, trus yang diinfus tangan kiri. Nah, jadi aku ngga bisa ngapa - ngapain hahhhahaha.
Mana aku bulak balik ke toilet karena infus jalan terus dan seharian tidur bikin kepala jadi gatel, aku ngga bisa keramas pulak. Kesel hahahhaha. Untungnya aku punya suami yang sangat baik dan sangattttttt amat super sabar dan mau membantu aku ini dan itu. Thank God.
"Makanya cari suami tentara ya.
Negara aja dijagain, apalagi kamu"
hahahhahahhaha
Baca juga :
Aku merasa tanganku makin bengkak, jadi aku olesin minyak Kutus - Kutus kesayangan sambil aku usap - usap untuk mengalihkan sakitnya hihihi. Badanku rasanya pegel banget karena posisi tidurku yang agak nekuk karena takut banget tangannya kesenggol. Ngga kebayang gimara rasanya kalau tangan ini kesenggol *hiiiii. Tapi untungnya ketika agak sore, sakitnya jauh lebih berkurang.
2 Oktober 2019
Persiapan Pulang
Pagi - pagi aku divisit sama dokter yang pertama kali aku temuin di Poli Bedah, beliau menyampaikan kalau hasil GTCnya sedang diperiksakan lalu aku boleh pulang siang ini dan tiga hari lagi kembali untuk ganti perban. YAY.
Senangnya bisa pulang, aku udah kangen sama dedek Ochelynn (karena aku ngga bawa anakku kerumah sakit, mengurangi resiko dia terpapar virus orang yang lagi flu, dsb). Sebelum pulang kerumah, aku mampir ke SALON hahahahha. Kepala rasanya udah super gatel. Tangan masih belum bisa diangkat. Semua dilakukan pake tangan kiri, jadi daripada aku ngga keramas seminggu better aku cuz nyalon dulu hihihi. Sampe rumah bawaannya ngantukkkk banget. Jadi aku bedrest lagi.
4 Oktober 2019
Ganti Perban
Tiga hari pasca operasi aku ngga kembali ke Rumah Sakit untuk ganti perban, tapi perbannya digantikan sama mba Karina. Yay. Jadi aku bisa nanya macem - macem hahahahha (Mba, ijinnn. Maafkan adeknya yang nyusahin mulu ya mbaaa hihihihihi).
Thank God bangettt, lukaku kering dengan baik dan makin hari rasanya makin baik. Even bagian ujung jari itu ngeselin banget. Kebas, keras, keram, kayak lagi diiket sama karet. Tapi aku bukan tipe yang manjain tangan. Jadi tetep aku pake bergerak, aku latihan untuk gerakin jari yang lainnya supaya aku bisa makeup hahahahha.
Bisa pake alis ngga pake jempol kanan ?
BISA DONGGGGG
*ihhhh suwombong amattt hihihhi
Lukanya mengerikan ya *sigh
Enaknya dirawat sama mba sendiri, aku diajarkan juga cara ganti perban, apa yang harus dilakukan, apa yang ngga boleh dimakan (karena kan aku minum antibiotik dan obat anti nyeri, jadi perutnya lebih sensitif).
Jadi dirumah disarankan untuk selalu sedia cairan infus yang RL untuk membersihkan luka. Namanya punya anak kecil jadi pasti ada resiko anak terluka. Jadi bersihinnya jangan pake air dan ngga perlu dikasih betadine lama - lama. Cukup bersihkan pake cairan infus, kasih betadine dan bersihkan lagi dengan cairan infus baru luka ditutup.
Aku sudah bisa angkat gayung tapi ngga bisa penuh - penuh. Tapi lumayan tangannya sudah bisa dilatih. Kalau ngetik mah udah bisa dong hihihi, tapi kadang kalau terlalu lama jadinya agak ngilu juga sih.
10 Oktober 2019
Buka Jahitan Pertama
Seminggu kemudian aku lepas jahitan. Jahitanku agak banyak, ada 7 jahitan, jadi mba Karin menyarankan untuk lepas jahitannya sebagian dulu. Waktu itu itu aku lepas 3 jahitan, lalu aku diminta kembali lagi seminggu kemudian untuk lepas jahitan lainnya.
"Sekarang kita lepas 3 dulu ya dek. Minggu depan 3 lagi. Kalau yang satu ditengah ini terakhir aja ya, takutnya masih belum terlalu nyatu"
"Siap mbaaa. Ijin, kami nurut mba"
17 Oktober 2019
Buka Jahitan Kedua
Waktunya lepas jahitan lagi. YAY. Rasanya sama kayak sebelumnya, agak sakit saat benangnya ditarik gitu. Tapi sebenernya aku lebih takut kalau mba Karin salah gunting dan yang kegunting kulitku hahahhahaha. Trus sesudahnya bagian yang lukanya agak ngilu. Jadi memang kalau luka dibagian - bagian seperti jari memang cukup lama proses penyembuhannya, karena bagian itu bergerak terus. Berbeda dengan jahitan saat aku sesar yang 2 minggu sudah bisa lepas perban.
Tersisa satu jahitan ditengah ini yang nampak mengesalkan (trus tiba - tiba ngilu karena aku semangat banget ngetiknya hihihi). Seminggu lagi akan dilepas. Ahhhh dag dig dug cemana sakitnya lagi ya, karena posisinya agak dalem.
Sekarang lukaku ngga usah diperban lagi kalau dirumah dan sekarang aku sudah berenti minum obat dan digantikan dengan salep yang mengandung antibiotik. Lukanya jadi cepet kering.
23 Okober 2019
Buka Jahitan Ketiga
Hari
ini lepas jahitan yang terakhir. Aku udah takut banget akan sakit dan lebih sakit kayak yang sebelumnya. Jahitan terakhir ini yang paling dalam dan berada di tengah - tengah. Jadi prepare untuk kesakitan. But Thank GOD. Aku ngga ngerasa sakit sama sekali ketika jahitan dilepas. Thank God aku bersykur banget.
Trus hal lain muncul, bagian pinggir lukanya gatalllll dan kering. Jadi ini efek kulit mati yang ngga bisa nyatu dan lama - lama akan mengelupas sendiri. Annoying banget. Kadang aku usap pake cairan infus dan cottonbut untuk ngurangin rasa gatelnya. Untungnya tanganku sudah boleh kena air, jadi kulit yang kering dibagian jempol jadi berkurang dan membaik.
Bekas lukanya sudah mulai merenggang, tapi bagian dalam masih keras dan kalau ditekan itu terasa sampe ujung jempol. Ujung jempol rasanya masih keram tak kunjung henti. Jadi mati rasa gitu. Tapi mudah - mudahan aja makin lama rasanya makin berkurang.
Jempolku juga belum bisa dipake nulis dengan normal karena belum bisa ditekuk. Semogaaa aja nanti bisa membaik dan terlatih lagi. Karena yang terluka tangan kanan dan aku merasakan kesulitannya beraktifitas dengan tangan kanan.
1 November 2019
Sebulan Kemudian
Sudah lebih dari sebulan operasiku dan sekarang bagian kulit kering bekas jahitan sudah mulai mengelupas dan sisanya sudah tinggal sedikit. Warna kulit aku juga sudah semankin membaik dan ngga hitam kayak sebelumnya. Jempol masih lemah kalau buka tutup botol atau bawa beban berat, tapi sudah jauh lebih baik dan bisa digunakan beraktifitas.
Tapi bagian lipatan - lipatan sudah jadi sangat kering dan retak. Rasanya perih kayak disayat. Bekas area yang selama ini diperban juga mengelupas dan ngga nyaman. Saat mengelupas itu bagian kulit dibawahnya terasa tipis dan nyeri.
Akhirnya
aku kasih lotionnya anakku, Mustela Stelatopia yang memang dikhususkan
untuk kulit super kering. It works. Tanganku sudah sedikit lebih lembab
dan lipatannya ngga perih lagi. Ternyata bener - bener berguna even
untuk kulit yang dewasa.
Mba Karin sempet bilang kalau
baiknya jangan dikasih lotion dulu nanti lukanya "lembab" lagi, tapi aku
ngga tahan sama kekeringan yang melanda. Karena sudah dalam tahap perih
dan sakit, kulitku mengelupas dan jadinya agak linu kalau kena sentuh.
Untungnya Mustela Stelatopia ini ngga bikin lukaku bermasalah dan kering
tanganku berkurang.
12 November 2019
Getting Better
Semoga ini operasi yang pertama dan terakhir untuk kasus ini. Kedepannya aku akan mengurangi segala kegiatan yang terlalu "membebani" jempolku ini supaya ngga numbuh lagi GTC yang sebelumnya. Hiks, aku ngga tahan dengan lama dan annoyingnya proses penyembuhan. Kelihatannya sepele, taunya butuh waktu yang cukup lama untuk kembali normal *hiks.
Kedepannya aku juga berencana mengurangi makan segala yang instan, mie, dsb yang terlalu banyak MSGnya. Aku ngga pernah tau mungkin itu jadi salah satu pemicunya. Ya better dihindari daripada harus sebulan tersiksa lagi kan. Ampunnn deh.
Semoga pengalaman aku ini bisa bermanfaat untuk kamu yang baca. Dan untuk kamu yang mungkin mengalami hal yang sama, better segera diperiksakan yaaa. Lebih cepat lebih baik, mungkin malah bisa operasi kecil kayak mata ikan dan bisa langsung pulang.
Jangan takut juga menggunakan layanan BPJS, kamu tinggal cari referensi rumah sakit yang bagus yang memberikan pelayanan yang baik dan tentunya cari dokter yang kompeten dibidangnya. Untuk kasus seperti aku, aku menyarankan untuk ke dokter bedah orthopedi atau bedah syaraf dibandingkan bedah umum. Karena bisa saja tumornya menempel pada tulang (akar GTC bisa melekat ke tulang) dan syaraf juga pembuluh darah lainnya.
Update 12 September 2020
Setelah operasi, GTC mungkin saja tumbuh lagi pada beberapa orang jadinya mereka harus melakukan beberapa prosedur operasi baru bisa sembuh total. Tapi sudah hampir 1 tahun aku operasi, GTC ku ngga muncul lagi. Mungkin karena aku sudah tidak melakukan hal - hal yang bisa memicu pertumbuhan GTC. Aku sudah ngga pernah main tenis lagi sejak saat itu. Pengen memulai lagi tapi kalau inget sakitnya rasanya kapok hihihi. Jadi kayaknya aku better ngga tenis daripada harus operasi lagi.