Melahirkan di RS Carolus Serpong
Hari ini dedek ulang tahun, jadi sengaja postinya dihari lahirnya dia hihihihi. As a reminder akan satu hari terpenting antara hidup dan mati, antara cinta kasih ibu, anak dan suami.
Kehamilanku terlihat baik - baik saja dan aku juga ngga pernah mengeluh apapun. Kaki pegel kan biasa, pinggang pegel juga bisa, makin besar usia kandungan makin sesek napas juga bumilnya. Aku sempet diare karena makan di satu restoran dan kemungkinan makanan yang aku makan sempat dihinggapi lalat dan aku diare lumayan annoying. Karena sudah lebih dari 6 kali aku BAB akhirnya aku ke RS dan sempet dirawat diruang observasi semalaman.
Akhir Februari 2018
Aku memasuki minggu yang ke 38, artinya aku sudah bisa melahirkan kapanpun. Mulai dari 20 Februari 2018 sampai dengan tanggal 8 Maret 2018 hari perkiraan lahirnya (HPL). Aku pengen dedek bayi lahir di tanggal 28 Februari (kesannya anak Februari itu romantis gimana gitu hihihihi), tapi papanya mau tanggal 3 Maret supaya samaan hihihihi.
"Udah konpal (kontraksi palsu) belum ?""Eits, sorry. Anakku ngga suka kepalsuan, dia tau mamanya galak hahahhaha"
02 Maret 2018
di Rumah
Pas
tanggal 2 Maret 2018 mulai dari jam 19.00 aku merasa kok kayak mau
mules. Tapi mulesnya aneh banget, ngga biasa. Jadi aku mulai ngitung
(sampe nyatet di notes HP). Waktu itu aku tiduran terlentang aja dikamar
menikmati keanehan ini.
19.08
19.18
19.25
19.31
19.34
19.36
19.46
-
20.04
-
-
20.26
20.29
20.37
20.44
*yang strip lupa nyatet hiihihi
YA TUHAN. LUAR BIASA SAKITNYA KONTRAKSI
Gitulah
kira - kira intervalnya. Aku langsung WA seniorku yang dokter dan
mbanya bilang kalau aku disuruh persiapan, kontraksinya udah teratur.
Trus aku mulai deh cek barang yang mau dibawa udah ready semua atau
belum.
Aku sempet tidur sebentar tapi menjelang subuh malah sakitnya makin gila. Sekitar jam 03.00 aku ke RS *sigh SAKITNYAAAAA SINTING.
Gile beneran sakit banget loh mau melahirkan itu. Sakit dan emosi,
karena disuruh tarik napas melulu hhuuuhu. Semakin narik napas malah
semakin sakit huhuhuhu.
Sampai
RS. Carolus Serpong aku masuk UGD dan naik ke ruangan bersalin. Disana
udah deh dicek denyut jantung dedek, dll. Trus disuruh istirahat sambil
menunggu pembukaan. Sakittttt kittttt kitttttttt. Aku ngga ngerti lagi, sakitnya bukan di perut aja tapi yang paling menyiksa sanubari itu adalah sakit bagian PAHA.
Jadi paha aku rasanya kayak lagi disayat - sayat pisau. Ngga enak banget. Tiduran susah, jadi maunya melipet kaki aja dan ngejoprak di lantai. Tapi kalau pahanya diremes kenceng rasanya sedikittttt bisa berkurang.
Lanjut kemudian bidan memeriksa bukaanku, sudah
bukaan 1. OMG, long way to go. Makin pagi rasa sakitnya makinnnnn
menjadi - jadi. Tiap kali tiduran, rasa sakitnya makin sakittttt.
Seperti mau BAB tapi ngga keluar. Akhirnya bulak balik kamar mandi,
kesakitan, ngga bisa tidur. Aku mulai capek, lemes, pusing, emosi,
pokonya menjadi - jadi. SAKIT!!!
Pas lagi begini rasanya inget semua dosa dan kesalahan sama Tuhan, sama orang tua. Ya ampun beneran deh sakitnya bikin kita jadi mendadak minta maaf sama mama untuk semua kesalahan yang kita pernah lakukan.
Btw, saat seperti ini kita sangat butuh dukungan dan bantuan dari suami. Suamiku LUAR BIASA baiknya dan siaga. Thank God juga suami tidak dalam tugas, sekolah, dsb. Jadi aku bisa ditemenin saat seperti ini dan sangat amat dibantu melakukan semuanya. SEMUANYA.
Sejak pagi itu aku bulak balik ke kamar mandi. Thank God banget punya suami yang sangattttttttt baik dan sangattttttt sabar mau nemenin bulak balik dan meganggin aku *hiks love you papa. Sekitar jam 07.00 bidannya menyarankan aku untuk mandiri dulu biar bersih, air hangat, washlap sampai dengan kursi dan sabun - sabun sudah dipersiapkan (terharu akutuh, susternya baik - baik). Kontraksi sembari mandi itu juga SANGAT menyiksa, bukannya makin enak setelah mandi, aku jadinya kedinginan parahhhhh sampe badannya gemeteran dan minta balik ke kamar cepet - cepet.
Pas lagi begini rasanya inget semua dosa dan kesalahan sama Tuhan, sama orang tua. Ya ampun beneran deh sakitnya bikin kita jadi mendadak minta maaf sama mama untuk semua kesalahan yang kita pernah lakukan.
Btw, saat seperti ini kita sangat butuh dukungan dan bantuan dari suami. Suamiku LUAR BIASA baiknya dan siaga. Thank God juga suami tidak dalam tugas, sekolah, dsb. Jadi aku bisa ditemenin saat seperti ini dan sangat amat dibantu melakukan semuanya. SEMUANYA.
Im so lucky.
Tuhan tidak pernah salah kasih jodoh.
Pasti yang TERBAIK.
Sejak pagi itu aku bulak balik ke kamar mandi. Thank God banget punya suami yang sangattttttttt baik dan sangattttttt sabar mau nemenin bulak balik dan meganggin aku *hiks love you papa. Sekitar jam 07.00 bidannya menyarankan aku untuk mandiri dulu biar bersih, air hangat, washlap sampai dengan kursi dan sabun - sabun sudah dipersiapkan (terharu akutuh, susternya baik - baik). Kontraksi sembari mandi itu juga SANGAT menyiksa, bukannya makin enak setelah mandi, aku jadinya kedinginan parahhhhh sampe badannya gemeteran dan minta balik ke kamar cepet - cepet.
Mau
ke kamar mandi itu rasanya udah tersiksa banget. Kupikir dengan mandi akan
jadi lebih enak, taunya malah makin sakitttt huhuhu dan aku kedinginan.
Jadi mandinya ngga jelas hahahahhaha. Untunggg juga suami ngerti. Tapi
mukanya bingung, capek, sedih campur jadi satu.
Aku
makin kesakitan dan bukaan tak kunjung naik. Tekanan darah juga tinggi
dan toleransi aku sama rasa sakitnya itu udah bikin aku jadi lemes dan
emosi huhuhu. Dokter kayaknya udah curiga ada yang ngga beres nih. Jadi
aku disuruh periksa urine dan disuruh puasa. Astagaaa, padahal lapernya
ngga karuan.
Thank God ada epidural spinal
Lalu
di jam 08.00an, dr. Ong Tjandra, Spog ku datang untuk cek - cek
kondisiku. Saat itu kondisiku lagi duduk di ubin dan bersender ke tembok
dengan muka kesakitan. Lalu disuruh berbaring supaya bisa cek
pembukaanku. Naik dr lantai ke kasur itu sakittttt huhuhuhu, saat di cek
aku sudah masuk bukaan 4. Oke, nice. 4 jam sudah ada progres, jadi
tinggal menunggu (harusnya), tapiiiiii aku ngga tahan.
Dokter Ong juga bisa lihat dengan jelas gimana sakitnya aku dan beliau menawarkan untuk ILA. Aku ngga ada gambaran apapun tentang itu, lalu dokter anastesi datang untuk menjelaskan tentang ILA. Aku juga disuruh cek urine setelah dokter Ong lihat kakiku, katanya takutnya ada Preeklamsia. OMG.
Yesssss, dingin bangettttttt cairan yang disemprot ke punggung aku. Lalu dokter anastesi mulai mengurutkan tulang belakangku dan seperti menusuk - nusuk dengan kuku untuk kasih tanda dimana akan masuk jarumnya.
Begitu
jarum masuk, rasanya ngilu dan ngga nyaman. Tapi JAUH LEBIH SAKIT RASANYA KONTRAKSI.
Serius. Pas jarum sudah menembus sampe ke bantalan tulang belakang,
selanjutnya ada kateter yang masuk. Waktu ini mulai masuk, aku ngerasa
ngilu di tubuh bagian kanan, mungkin karena posisi kaki kananku
mengantung kebawah sementara kaki kiri terlipat diatas kasur. But, it's
oke, ngilu gini masih sepele untuk aku.
Tapi ternyata dokter anastesi bilang kalau suntikannya tidak masuk dengan baik dan harus diulang. Ini karena aku ada skoliosis. Tulang belakang aku miring (karena posisi duduk, posisi tidur dsb). Untuk mengatasi masalahku dr. Sercia ngga nyaranin ke dokter orthopedi hahahhaa, keren ya. Dia justru menyuruh aku untuk pilates. Karena pilates bisa membantu memperbaiki posisi tulangnya kalau dilakukan dengan benar dan teratur.
Dari pada obatnya tidak menyebar dengan sempurna dan nanti masih aja sakit, jadi dokter mengulangi masukkin jarumnya lagi. Hiks. Sakitnya jadi 2x deh wkwkwkkww. Nah, kali ini aku minta untuk naikin kaki kanan aku supaya ngga sengilu itu lagi.
Jusssss, jarum suntik segede gambrengggggg (emang katanya gede banget) dan panjang sudah masuk lagi dan aku merasa ada yang hangat mengalir dari punggungku. Yes, blood. Kata abang sih pas jarumnya dimasukin itu ada bunyi krek - krek. Setelahnya kateter masuk dan punggungku di tempel berbagai perban. Selanjutnya selang untuk memasukkan cairan epiduralnya ditempel di bahu kananku.
Di
awal dokter memasukan 3 - 5 cc, aku lupa berapa pastinya. Itu untuk 4
jam kedepan. Pas masukin epiduralnya rasanya dingiiiiinnnn dibagian
punggung dan kira - kira 10 menitan kakiku udah mulai kesemutan, mulai
kebas dan saat ada kontraksi, rasa sakitnya udah hilang. Yes, totally
gone. THANK GOD, ada penemuan seperti ini. Kalau ngga aku sudah pingsan
karena sakitnya.
Saat sudah dipasangkan Epidural, artinya kita udah ngga boleh kemana - mana lagi. Ngga akan bisa juga kemana - mana karena si kaki udah lemes dan kabel banyak dimana - mana. Jadi harus tidur di kasur dengan posisi terlentang dan lurus. Ngga boleh duduk atau menaikkan bagian kepala. Kateter juga sudah dipasang dan alat untuk mengukur denyut jantung dan tensi juga secara otomatis mengecek perkembangan kita.
Dokter Ong juga bisa lihat dengan jelas gimana sakitnya aku dan beliau menawarkan untuk ILA. Aku ngga ada gambaran apapun tentang itu, lalu dokter anastesi datang untuk menjelaskan tentang ILA. Aku juga disuruh cek urine setelah dokter Ong lihat kakiku, katanya takutnya ada Preeklamsia. OMG.
Epidural Analgesia ?
In this, anesthesia is injected into the base of the spine during labour to numb the nerves that cover the lower part of the body.
ILA (Intrathecal Labour Analgesia) & Epidural
Tujuan utama dari tindakan ILA adalah menghilangkan rasa nyeri persalinan tanpa menyebabkan blok motorik.
Persalinan tanpa rasa nyeri tersebut dilakukan oleh Dokter Anastesi dengan menyuntikkan obat ke dalam cairan saraf tulang belakang. Cairan inilah yang menghilangkan rasa sakit. Obat ini hanya bekerja pada satu saraf, sehingga tidak terserap kepembuluh darah dan masuk kedalam tubuh janin.
Penyuntikkan obat dilakukan saat persalinan mulai masuk pada tahap pembukaan 4(empat). Setelah obat bekerja, biasanya si Ibu akan merasa otot - otot tungkainya merasa kebas (kesemutan) dan lemas, namun tetap dalam keadaan sadar. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal - gatal ringan yang mudah diatasi.
*sumber : dr. Mahardika P. Mardikoen, SpAn.
Ahhhh,
aku jatuh cinta sama dokter cantik yang ramah banget ini. Ada 30 menit
dokternya ngobrol sama aku untuk menjelaskan berbagai hal yang aku
tanya. Im clueless. Mana paham suntik - suntik begini. Yang aku suka dr. Sersia Gillianti Susantio, SpAn
ngejelasi dengan real, dia ngga mengarahkan aku untuk setuju sama
setiap hal yang disampaikan. Tapi dia kasih aku gambaran kalau ini
begini kalau itu begitu. Efek sampingnya juga selalu ada, bla bla bla.
dr. Sersia menjelaskan kalau ada dua jenis suntikan yang bisa
digunakan, Epidural Spinal yang menggunakan kateter yang dimasukkan ke
tulang belakang atau satu lagi aku lupa namanya, yang hanya suntikan
biasa tanpa kateter dan hanya bisa disuntikkan pada bukaan 8.
Karena aku udah ngga tahan lagi, rasanya mau matiiiiikkkk. Aku sangat amat tidak bisa toleransi lagi dengan rasa sakitnya. SAKIT BANGET. GILE!!! Sementara nantinya aku harus ngeden saat mau melahirkan normal. Nah, dapet tenaga darimana lagi coba? Ngga deh, udah epidural aja.
Yang aku ngga sangka ternyata epidural itu jarumnya gedekkk dan panjanggggg dan ada kateter yang dimasukkin ke dalam tulang OMG. Kebayang kan harusnya rasa sakitnya kayak apa? Sebelum epidural, aku harus dipasangin infus dulu. Ini pertama kali dirawat dan berurusan sama infus. Tapi thank God semua perawatnya ramah dan sabar, jadi waktu disuntik juga ngga terasa sakit. Serius.
Karena aku udah ngga tahan lagi, rasanya mau matiiiiikkkk. Aku sangat amat tidak bisa toleransi lagi dengan rasa sakitnya. SAKIT BANGET. GILE!!! Sementara nantinya aku harus ngeden saat mau melahirkan normal. Nah, dapet tenaga darimana lagi coba? Ngga deh, udah epidural aja.
Yang aku ngga sangka ternyata epidural itu jarumnya gedekkk dan panjanggggg dan ada kateter yang dimasukkin ke dalam tulang OMG. Kebayang kan harusnya rasa sakitnya kayak apa? Sebelum epidural, aku harus dipasangin infus dulu. Ini pertama kali dirawat dan berurusan sama infus. Tapi thank God semua perawatnya ramah dan sabar, jadi waktu disuntik juga ngga terasa sakit. Serius.
Saat aku di epidural itu masih
dalam keadaan kontraksi juga, jadi prosesnya agak lama. Aku disuruh
membungkuk, abang didepanku untuk bantu pegangin aku. Selanjutnya bahuku
ditekan supaya benar - benar membungkuk. Susah, karena ada perut gendut
di depan tapi harus tetap bungkuk. Kaki kiri aku naikin ke tempat tidur
sementara kaki kanan aku biarkan dibawah.
"Dibersihkan dulu ya bu, ini alkohol, rasanya dingin"
Yesssss, dingin bangettttttt cairan yang disemprot ke punggung aku. Lalu dokter anastesi mulai mengurutkan tulang belakangku dan seperti menusuk - nusuk dengan kuku untuk kasih tanda dimana akan masuk jarumnya.
Tapi ternyata dokter anastesi bilang kalau suntikannya tidak masuk dengan baik dan harus diulang. Ini karena aku ada skoliosis. Tulang belakang aku miring (karena posisi duduk, posisi tidur dsb). Untuk mengatasi masalahku dr. Sercia ngga nyaranin ke dokter orthopedi hahahhaa, keren ya. Dia justru menyuruh aku untuk pilates. Karena pilates bisa membantu memperbaiki posisi tulangnya kalau dilakukan dengan benar dan teratur.
Dari pada obatnya tidak menyebar dengan sempurna dan nanti masih aja sakit, jadi dokter mengulangi masukkin jarumnya lagi. Hiks. Sakitnya jadi 2x deh wkwkwkkww. Nah, kali ini aku minta untuk naikin kaki kanan aku supaya ngga sengilu itu lagi.
Jusssss, jarum suntik segede gambrengggggg (emang katanya gede banget) dan panjang sudah masuk lagi dan aku merasa ada yang hangat mengalir dari punggungku. Yes, blood. Kata abang sih pas jarumnya dimasukin itu ada bunyi krek - krek. Setelahnya kateter masuk dan punggungku di tempel berbagai perban. Selanjutnya selang untuk memasukkan cairan epiduralnya ditempel di bahu kananku.
Karena
aku udah ngga merasakan sakit sama sekali jadi aku bisa tidur, bisa
becanda, bisa mainan hape *hahahahha, bisa dandan juga. Biar ngga jelek - jelek amat cakepan dikit pas melahirkan aku pake alis dulu hahahahahha.
Saat sudah dipasangkan Epidural, artinya kita udah ngga boleh kemana - mana lagi. Ngga akan bisa juga kemana - mana karena si kaki udah lemes dan kabel banyak dimana - mana. Jadi harus tidur di kasur dengan posisi terlentang dan lurus. Ngga boleh duduk atau menaikkan bagian kepala. Kateter juga sudah dipasang dan alat untuk mengukur denyut jantung dan tensi juga secara otomatis mengecek perkembangan kita.
Saat sudah dipasangkan Epidural, artinya kita udah ngga boleh kemana - mana lagi. Ngga akan bisa juga kemana - mana karena si kaki udah lemes dan kabel banyak dimana - mana. Jadi harus tidur di kasur dengan posisi terlentang dan lurus. Ngga boleh duduk atau menaikkan bagian kepala. Kateter juga sudah dipasang dan alat untuk mengukur denyut jantung dan tensi juga secara otomatis mengecek perkembangan kita.
Saat sudah dipasangkan Epidural, artinya kita udah ngga boleh kemana - mana lagi. Ngga akan bisa juga kemana - mana karena si kaki udah lemes dan kabel banyak dimana - mana. Jadi harus tidur di kasur dengan posisi terlentang dan lurus. Ngga boleh duduk atau menaikkan bagian kepala. Kateter juga sudah dipasang dan alat untuk mengukur denyut jantung dan tensi juga secara otomatis mengecek perkembangan kita.
Ternyata aku preeklamsia
13.00 WIB
Beberapa jam kemudian bidan yang merawatku datang dan memberitahutan kalau ternyata hasil protein urine +2, artinya FIX Preeklamsia. Jadi, preeklamsia itu ngga hanya saat awal atau pertengahan kehamilan, tapi pada saat akhir - akhir masa kehamilan juga bisa kena Preeklamsia. Bahkan dalam beberapa kasus, Preeklamsi mereka terjadi saat sudah selesai lahiran. Penderita Preeklamsia bisa mengalami kejang saat ngeden untuk melahirkan normal. Jadi resikonya ada juga ternyata, tapi untuk kasus aku masih bisa diusahakan untuk normal.
Preeklamsia ?
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda - tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke - 20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24 - 26 minggu), sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.
*sumber Alodokter.com
Beberapa bulan kebelakang ini memang kakiku agak bengkak kayak pemain bola hahahhaa. Semua orang bilang karena aku malas jalan. BZZZZZZ. Bengkaknya itu rasanya kayak kebas di bagian tulang kering. Jadi tiap malam aku minta abang untuk urutin. Aku ngga menyangka ini adalah salah satu tanda Preeklamsi. Karena munculnya juga kadang - kadang aja kalau aku kelamaan jalan atau kelamaan berdiri, jadi aku rasa itu wajar aja.
Tapi jadikan pengalamanku ini pembelajaran yaaa, kalau kamu mengalami hal yang sama better langsung konsultasi ke dokter. Jadi bisa di deteksi dari awal. Bisa aja gejalanya ngga kelihatan atau ngga dirasa.
Selama aku periksa kandungan dari awal hamil sampai dengan sebelum Epidural itu tekanan darahku sangat bagus dan stabil. Tapi entah kenapa ini kok sampe 130, 140. Jadi dokter minta juga bidan untuk mengecek tensiku secara manual.
4
jam berlalu, rasa sakit mulai datang lagi. Gile. Jadi sebenernya rasa
sakitnya ngga pernah berhenti ya, cuma tubuh aku di blok untuk bisa ngga
ngerasain rasa itu. Wow! Keren banget. Thanks to technology.
dr.
Sersia datang lagi dan nambah dosis untuk 2 jam kedepan. Saat itu
pembukaan sudah 7 ke 8 dan tekanan darah juga masih tinggi. Lucunya, air
ketuban juga masih utuh. Bingung kan. Akhirnya
dr. Ong memutuskan untuk memecahkan air ketuban. Wajahnya itu udah
lain, seperti curiga ada yang ngga beres. Hasilnya, air ketuban katanya
udah berwarna hijau. Muka dokternya lemessssss.
"Aduhhhh, lemes saya pak. Saya ngga berani, ketubannya hijau, bapak lihat sendiri. Ini harus segera di sc, karena kalau sampai keminum sama bayinya, 2 - 3 hari nanti bayinya jelek. Tapi kalau air ketuban ibu bening, kita lanjut sampe besok juga."
Aku
shock. Beneran kan feelingnya mau di sc ajaaa dari awal. Hal yang aku
pikirin saat itu adalah : "Aku harus kuat. Aku harus berani. Adek bayi
harus keluar". Aku malah yang nenangin papa dan mama hahahhahahha "Ngga
apa ya Pa, Ma. Aku harus di sesar supaya adeknya bisa keluar. Ini yang
terbaik". Ada gitu ya, aku yang diambang hidup dan mati tapi malah
nenangin orang lain hihihihi. ME!.
Abang
harus urus administrasi sementara ruangan operasi dipersiapkan untuk
aku dan untungnya kosong juga. Ini persiapan heboh, serba cepet. Ngga
sampe 20 menit aku udah di ruangan operasi yang gedeeee, putih, bersih dan dinginnn banget.
Ada
beberapa orang lalu lalang untuk persiapkan ini itu. Kalau ngga salah
ada 4 dokter yang standby, dr. Ong, dr. Sersia, dokter anak dan satu
lagi mungkin dokter jaga di ruangan operasi kali ya. Trus ada bidan dan
ada beberapa suster yang cowo (kalau ngga salah panggilannya brader ya).
"Kalau suster cowo panggilannya apa ya"*sempet - sempetnya nanya ini waktu ditangani di ruang operasi hihihihi
Kali
ini aku ketemu lagi sama dr. Sersia untuk disuntik lagi anastesi untuk
operasi. Sempet dikasih tau juga kalau ini jarumnya lebih kecil, less
pain than epidural. Fungsinya untuk ngeblock bagian perut kebawah dan
kamu ngga akan ngerasain apa - apa.
Trus
aku dipakein berbagai selang, infusnya juga ada beberapa, ada corong
gede yang dimasukin ke tangan supaya menjaga badanku tetap hangat. Trus
lucunya tanganku juga kayak "diamankan" pake belt gitu, jadi semacam
posisi disalib hihihihi, serem juga sih. Tapi rasa takutnya ngga seberapa (aku lebih takut turbulensi di pesawat dari pada di operasi).
Ini
mungkin sebabnya beberapa rumah sakit melarang suami menemani. Karena
gerakan mereka harus cepat, sementara ngga semua suami bisa menghandle
kondisi seperti itu. Apalagi kalau dia lihat prosesnya dan darah dimana -
mana kan. Jadi
udah, ngga usah rewel. Kalau ngga boleh nemenin ya nunggu aja diluar
sambil berdoa semua berjalan lancar dan semua selamat hihihihi.
*kebetulan beberapa bulan yang lalu aku sempet nemenin seniorku melahirkan normal. Ada 2 suster yang mendampingi dokternya. Mereka juga lalu lalang dan darah dimana - mana. Jadi kebayang kan kalau operasi sesar pasti darahnya lebih banyak karena kalau ngga salah dokter sekalian bersihin dinding rahim dari penumpukan darah selama hamil, karena itu biasanya masa nifas ibu yang sesar lebih singkat.
*kebetulan beberapa bulan yang lalu aku sempet nemenin seniorku melahirkan normal. Ada 2 suster yang mendampingi dokternya. Mereka juga lalu lalang dan darah dimana - mana. Jadi kebayang kan kalau operasi sesar pasti darahnya lebih banyak karena kalau ngga salah dokter sekalian bersihin dinding rahim dari penumpukan darah selama hamil, karena itu biasanya masa nifas ibu yang sesar lebih singkat.
dr. Ong : "Mau pake musik ngga ?"me : "Mau dok, musik dangdut juga ngga apa - apa (udah mulai ngelantur)"
*yakali ngoprasi pake musik dangdut, kalau dokternya joget ya bubar operasinya hahahahahahahha.
Waktu itu musik yang diputer "Killing me softly". Walahhh dok, lagi dioperasi kok lagunya killing killingan hahahhahaha. Tapi meskipun begitu aku tetep nyanyi dong. Iyes, sambil melayang - layang aku nyanyi. Dibelakangku ada bidan yang nemenin, ngajak ngobrol dan ngusep - ngusep kepalaku.
So sweet hihihihi.
Bidan bergantian sama dr. Sercia nemenin aku ngobrol. Rasanya ngantuk, melayang - layang. Dan mata pengennya ditutup aja tapi tetep pengen ngobrol hahahhaa. Trus jam 16.44 dedek lahir. Yay. Aku minta dr. Sersia liatin adeknya.
me : "Dok, mancung ngga"dr. Sercia : "Sebentar ya, saya lihat...... Mancung sih, cuma agak gede"me : (ahhhhh, ya udah dek, nanti kita ke Korea bareng buat operasi idung ya hahhahaha)
Dedek
udah dibersihin trus ditaro didada aku untuk IMD, "Eh, anak gue", itu kata - kata pertama yang keluar.
Untungnya dedek punya lesung pipit. Ihhhh senenegnya, akhirnyaaa mimpi
lesung pipit terwujud. Abis dari dada aku kayaknya dedek dikasih lihat
dulu ke papa dan opung - opungnya. Setelahnya aku masih tiduran tak
berdaya (mungkin sambil dijahit) sambil ngobrol sama dr. Ong.
me : "dokter nyuruh puasa kayaknya udah tau kan saya mau di sc"dr. Ong : "Kalau ketubannya udah hijau saya ngga berani bu. Kalau tadi bening aja, kita fight sampe besok juga"me : "Trus ini nanti ngga sakit (perih) kan dok"dr. Ong : "Engga kok"me : "Awas kalo sakit ya dok, nanti saya samperin kerumah"(duh, lagi dijait masih sempetnya ngancem dokter ahahhahaha)
dr. Ong : hehehehehe...
Dokter ini the best banget masih bisa bikin aku tenang dan suasana juga asik. Ngajak aku ngobrol dan kasih semangat. Setelahnya aku menunggu diruangan khusus disamping ruang operasi. Lalu dr. Ong datang dan menawarkan aku untuk ditemani suami. Uhhhhh, makasih dokter.
Suami dateng dengan muka yang masih gimana gitu, mungkin stress juga ya hahahhaa. Aku masih melayang bagaikan terbang ke awan hahahhaha. Trus aku istirahat sebentar sekalian menunggu ruang rawat.
"24 jam ibu tidak boleh bangun dari tempat tidur. Setelahnya, sejam kemudian ibu duduk ya, lalu sejam lagi belajar jalan ke kamar mandi. Udah boleh mandi, keramas, dll. Saya tinggal dulu, kalau ada apa - apa nanti panggil saja."
Aku belum boleh makan *hiks. Perut juga masih aneh rasanya, kayak masih ada yang bergerak, konon katanya itu pergerakan usus. It's oke dan akan hilang dengan sendirinya seberjalan dengan waktu.
Suster ingetin untuk bergerak - gerak supaya jangan ada perekatan. Rasanya ngiluuuuu banget tapi aku paksain bergerak pelan - pelan geser kanan kiri sambil belajar menyusui. ASI masih dikit banget jadi harus diurut - urut dan dikasih terus supaya produksinya lebih banyak.
Selama aku dirawat pasca melahirkan, aku dilayani dengan baik. Suster datang untuk membersihkan pembalut yang aku pake dan juga mandiin aku huhuhuhu. Terima kasihhhh ya suster - susterrrrr. Salah satu dokter jaga yang ngecek aku pagi - pagi juga baikkk banget. Sampe mau duduk disamping tempat tidur untuk jawab pertanyaan - pertanyaan aku.
dr.
Ong kemudian datang menjengguk aku dan periksa perbanku. Perban putih
bersih mulus tanpa rembesan sama sekali. FIX aku boleh pulang! YAYYYY.
Tapi karena bayi lahirnya jam 16.55, itu artinya belum 48 jam usianya.
Sementara pada usia minimal 48 jam, bayi itu harus dicek darahnya untuk
mengetahui jumlah bilirubinnya dan golongan darahnya.
Kata
dokter anak, kalau golongan darahnya sama dengan mamanya artinya bagus.
Kalau golongan darahnya sama kayak papanya, ada kemungkinan bayi kuning
dan harus disinar. Tapi kata dr. Ong, ngga apa - apa pulang aja. Cek
bilirubin bisa besok paginya. Ahhh, gimana ga cinta sama dr. Ong.
Untuk
bayi yang bilirubinnya tinggi, harus disinar supaya tidak kuning.
Sinarnya di rumah sakit. Kalau misalnya bayinya agak kuning setelah
dibawa kerumah, harus rajin dijemur antara jam 07.00 - 09.00. Tapi lihat
situasi juga, kalau mendung dan angin kencang ya jangan dijemur. Kalau
lagi musim ujan gimana dong? Katanya bayi harus sering disusui supaya
tidak kuning.
08 Maret 2018
di Rumah
Tiga hari pasca melahirkan aku sudah bisa jongkok. YAY. Hal ini tentunya berbeda ya antara aku dengan orang lain. Karena dokternya beda, rumah sakitnya beda, obatnya beda, tindakannya beda, trus badannya juga beda.
10 Maret 2018
di Klinik Sehati
BB 67 kg (-5 kg)
Seminggu
setelah melahirkan aku kembali untuk kontrol, melihat jahitan dan ganti
perban. Lukanya udah ketutup sempurna. Bagus. Panjang bekas jahitan
kira - kira 14 cm dan tersamarkan sama lipatan perut. Rapih dan tidak
jadi keloid (padahal aku bakat keloid).
Dokter memperbolehkan aku untuk hamil lagi setelah 6 bulan. YES. Beda
dokter beda saran loh ya. Tentunya dr. Ong sudah paham kondisiku sampai
beliau berani menyarankan hal tersebut. Bener kata orang kalau kita akan
rindu masa - masa hamil. Apalagi kalau lihat temen - temen hamil,
rasanya mau hamil lagi hihihi. Tapi aku rasa aku mau menikmati dulu masa
- masa ini sekalian kasih waktu untuk tubuhku kembali fit seperti sedia
kala.
di Rumah
Aku sudah
bisa ikut lomba duet dalam rangka HUT ke 72 Persit Kartika Chandra
Kirana Tahun 2018. Yes, thank God badanku bisa bekerjasama dengan baik
dan pulih dengan cepat. Sejak itu aku ngga pernah ada keluhan apapun
tentang rasa sakit.
Aku TIDAK mengkonsumsi jamu - jamuan, obat China atau pake koyo - koyoan
setelah melahirkan. Aku cuma konsumsi 2 macam obat yang dikasih dokter
dan juga Molloco sebagai booster ASI. That's all.
Rasa
ngilu tentunya masih ada dibagian perut bawah, tapi ngga intens. Kalau
aku seharian berkegiatan, ngilunya makin terasa. Kalau diskala ngilu 0 -
10, aku bisa bilang ngilunya di 3. Sampai dengan setahun pasca operasi
sesar aku masih suka merasakan ngilu dibagian perut bawah kalau lagi
kecapekan.
Ngilunya juga aku rasain di bagian pinggang
dan tulang punggung, aku ngga kuat kalau lama - lama gendong dedek.
Rasanya pinggang mau patah. Untuk bagian punggung, aku rasa ini efek
sampingnya dari epidural ya. Tapi THANK GOD aku udah ketemu obatnnya
untuk bikin punggung, pinggang dan perut aku enakan. Kalau pas aku rutin
pake minyak KUTUS - KUTUS di punggung dan pinggang, rasanya enak dan
ngga capek kalau gendong adek agak lama.
Baca juga : "Love Minyak Kutus - Kutus"
Aku udah pernah sharing tentang minyak KUTUS - KUTUS ya, siapa tau
bermanfaat juga untuk kamu.Thank you sudah mampir. Yang lagi hamil,
semangatttt ya. You CAN DO IT. Misalnya kamu harus mengalami sesar, NGGA
PERLU DENGERIN OMONGAN ORANG yang membully, dsb.
Ibu
seutuhnya bukan yang bisa melahirkan normal. Bzzzzz. Orang yang bisa
melahirkan belum tentu juga seorang ibu kok, banyak diantaranya yang
masih remaja dan dibawah umur. Ibu seutuhnya adalah orang yang bisa
memberikan yang terbaik kepada anak - anaknya, ada disaat anaknya
membutuhkan, bisa mendidik dan melindungi anak - anak, mengarahkan ke
jalan yang benar, mengamalkan nilai - nilai baik dari agama, dsb.
Dan,
ketika kamu harus disesar bukan berarti kamu bukan ibu seutuhnya. Sesar
adalah bagian dari kecanggihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan
yang membuat ibu dan bayi memiliki kesempatan hidup yang lebih tinggi, karena banyak hal bisa terjadi dalam proses melahirkan.